Ronaldo, Sang Raja UCL yang Tumpul di Liga Champions Asia
Cristiano Ronaldo dikenal sebagai sosok megabintang dalam dunia sepak bola, terutama di panggung tertinggi Eropa: UEFA Champions League (UCL). Dengan koleksi lima trofi UCL dan 140 gol sepanjang kariernya di kompetisi tersebut, Ronaldo pantas menyandang gelar “Raja UCL”. Namun, ketika melangkah ke benua Asia dan bermain di Liga Champions Asia (AFC Champions League/ACL) bersama Al-Nassr, performanya seolah kehilangan tajinya.

Harapan besar disematkan pada Ronaldo saat ia bergabung dengan klub Arab Saudi tersebut pada akhir 2022. Penggemar berharap kehadiran sang megabintang bisa membawa Al-Nassr merajai Asia, terlebih setelah klub-klub Arab Saudi mendapat sorotan besar karena mendatangkan sejumlah pemain top dunia. Namun, kenyataan di lapangan berkata lain.
Pada musim debutnya di ACL 2023/24, Ronaldo memang sempat tampil tajam di fase grup dan babak gugur awal, tetapi gagal bersinar saat dibutuhkan di momen-momen krusial. Puncaknya terjadi saat Al-Nassr disingkirkan oleh Al-Ain di babak perempat final. Dalam duel penuh drama itu, Ronaldo gagal mencetak gol di waktu normal dan bahkan gagal mengeksekusi penalti dalam adu tos-tosan. Momen itu menjadi antiklimaks perjalanan sang mega bintang di kompetisi antarklub terbesar Asia.
Performa Ronaldo di ACL kontras dengan dominasinya di Eropa. Di UCL, ia adalah simbol ketajaman, pengangkat mental tim, dan sosok yang tak gentar di laga besar. Di ACL, ia tampak lebih terbebani, kurang mendapatkan dukungan taktis yang mumpuni, serta menghadapi lawan-lawan yang bermain lebih kolektif dan disiplin.
Meski begitu, tak bisa disangkal bahwa kehadiran Ronaldo telah meningkatkan popularitas ACL secara signifikan. Penonton meningkat, sorotan media internasional membesar, dan ekspektasi terhadap klub-klub Asia pun ikut naik.
Namun bagi Ronaldo, sang raja UCL, kegagalan meraih supremasi Asia akan tetap menjadi noda kecil dalam karier gemilangnya. Sebuah bukti bahwa meski kualitas individu luar biasa, sepak bola tetaplah permainan tim—dan panggung Asia memiliki dinamika yang berbeda dengan Eropa.